Gizi dan imunitas merupakan dua hal yang saling berhubungan. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak studi yang sudah mengkonfirmasi bahwa defisiensi zat-zat gizi dapat mengubah respon imun dan memicu timbulnya insidens infeksi yang menyebabkan meningkatnya angka kematian, terutama pada anak-anak. KEP banyak terjadi di negara berkembang dan mengakibatkan perubahan jumlah sel T, sel fagosit, dan respon antibodi imunoglobulin (Ig) A, dan mengurangi komponen komplemen.
Berikut ini beberapa konsekuensi imunologi akibat kekurangan zat gizi:
A. Defisit Energi
Dampak yang ditimbulkan jika mengalami defisit energi yaitu:
1. Penurunan proliferasi autoreaktif sel B1
2. Penurunan pro-inflammatory dan sitokin Th1
3. Peningkatan respon proliferatif sel T
B. Vitamin C
Peran vitamin C bagi imunitas adalah berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi fagosit. Jika mengalami defisiensi vitamin ini dapat mengakibatkan penurunan aktifitas fagosit, resistensi tumor, dan memperlambat penyembuhan luka.
C. Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk menstimulasi monosit, perkembangan makrofag dan fagositosis. Selain itu, vitamin D juga secara selektif menekan aktifitas Th1, bukan aktifitas T2 atau sel CD8+.
Sumber Referensi:
Handbook of nutrition and immunity / edited by M. Eric Gershwin, Penelope Nestel, Carl L. Keen.
Rabu, 02 Mei 2012
EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam berdarah adalah
penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di
banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue,
masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal.
1.
PREVALENSI
DBD
Saat
ini sekitar 2.5 milliar orang, atau 40%
dari populasi dunia, tinggal di daerah yang beresiko terhadap transmisi virus
Dengue (WHO). WHO memperkirakan 50-100 juta infeksi terjadi per tahun, termasuk
500.000 kasus DHF dan 22.000 kematian, sebagian besar pada anak-anak.
Di Indonesia, sampai tanggal 5
Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai
26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang. Menurut
data Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 77.489 kasus terjadi di Indonesia
selama 2009 dengan angaka kematian 585 jiwa. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
dinilai menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hal itu bisa dilihat
dari angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit ini.
2.
KONSEP
TRIAS EPIDEMIOLOGI
a.
Factor
Host
Umur à
Orang yang beresiko terkena demam
berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun. Dari
seluruh kasus DBD yang tercatat, sebanyak 27 persennya berasal dari kelompok
anak usia 5 tahun sampai 14 tahun.
b.
Factor
Agent
DBD disebabkan oleh
virus dengue yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu
Dengue 1, 2, 3 dan 4. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus
flavivirus.
c.
Factor
Lingkungan
Wilayah yang
banyak kasus DBD (endemis)
Tempat-tempat
umum.
Tempat-tempat umum seperti sekolah,
RS, hotel, pasar, restoran, atau tempat umum lain merupakan berkumpulnya
orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar.
Pemukiman baru
di pinggir kota. Karena di lokasi ini penduduk umumnya berasal dari berbagai
wilayah di mana kemungkinan di antaranya terdapat penderita atau carier.
Lingkungan yang
lembap à
lingkungan yang lembap akan mendukung perkembangbiakan nyamuk sehingga populasi
nyamuk akan meningkat dan akan mempercepat penularan DBD.
Wilayah
perkotaan à
Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah
perkotaan lebih intensif dari pada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan
kepadatan jumlah penduduk yang tinggi didaerah perkotaan. Jarak antara rumah
yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga memudahkan nyamuk penular
Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) menyebarkan virus dengue dari satu orang
ke orang lain yang ada disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes aegypti
biasanya tidak lebih dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk dikota pada
umumnya. jauh lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.
Vector
Vektor
utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes
aegypty (di kota) dan Aedes
albipictus (di desa). Ciri-cirinya adalah:
ü
Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris putih.
ü
Berkembang biak dia air jernih yang tidak beralaskan tanah
seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, dan lain-lain.
ü
Jarak terbang ±100.
ü
Nyamuk betina bisa mengigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk tersebut itu kenyang sudah berpindah tempat.
ü
Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi.
3.
RIWAYAT
ALAMIAH PENYAKIT
a)
Tahap
Prepatogenesis
Fase Suseptibilitas
Penularan
DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus
betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam
berdarah lain. Satu gigitan nyamuk dapat menginfeksi host.
b) Tahap Patogenesis
Fase subklinis :
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15
hari sejak seseorang terserang virus dengue.
Fase klinis
Saat
kompleks antigen antibody akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel
pembuluh darah, yang disebut denagan proses autoimun. Hal tersebut akan
mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit.
Akibatnya, tubuh akan mengalami pendarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan,saluran
pernapasan, dan organ tubuh yang vital
Fase Konvalesen
(pemulihan), cacat atau meninggal
Manifestasi klinis
DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu:
-
Derajat I: Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak
khas dan manifestasi perdarahan spontan satu satunya adalah uji tourniquet
positif.
-
Derajat II : Gejala-gejala derajat
I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan
yang lebih berat.
-
Derajat III: Didapatkan kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg),
hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
- Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
- Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral PP dan PL Depkes RI. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) Dengan Pendekatan Komunikasi
Perubahan Perilaku(Communication For Behavioral Impact), Jakarta : Depkes
RI. 2008
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah3.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2010 pukul 11.00
WIB
http://www.chp.gov.hk/files/pdf/ol_dengue_fever_indonesian_version.pdf
diakses pada tanggal 11 Juni 2010 pukul 14.07 WIB
Nasry N, Nur. Pengantar
Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta : Rineka Cipta. 2006
Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Airlangga. 2008
Yatim, Faisal. Macam-macam Penyakit Menular & Cara Pencegahan, Jakarta:Pustaka
Obor Popular. 2007
Langganan:
Postingan (Atom)