Sabtu, 01 Desember 2012

Lemak dan Imunitas Part I

Lemak dari makanan memiliki efek beragam pada kesehatan manusia berdasarkan pada jumlah dan jenis yang dikonsumsi. Lemak dari makanan juga dapat mempengaruhi sel-sel, jaringan, dan organ tertentu tergantung pada tahap perkembangan mereka. Komposisi asam lemak dari jaringan manusia dan organ dapat bervariasi tergantung pada jenis asam lemak dalam makanan yang dikonsumsi, dan komposisi ini telah digunakan sebagai biomarker untuk korelasi dengan imunitas dan risiko penyakit.
Selain itu, beberapa asam lemak makanan dapat diubah menjadi mediator biologis yang dapat memulai atau mengubah berbagai proses dalam tubuh. Misalnya, asam linoleat, sebuah komponen umum dari beberapa minyak nabati, dapat diubah oleh sejumlah jenis sel yang berbeda ke dalam asam arakidonat, prekursor utama untuk imunomodulator agen prostaglandin E2(PGE2). Memang, tingkat fisiologis PGE2 dapat berubah tergantung pada ketersediaan asam lemak prekursor nya. Karena PGE2 telah dikaitkan dengan perubahan dalam sistem kekebalan tubuh dan proses patologis yang spesifik, ada kemungkinan bahwa asupan lemak dari makanan berperan dalam penyakit manusia.
Asam lemak tertentu, terutama mereka dari golongan n-3, tampaknya mengurangi secara selektif beberapa, tapi tidak semua fungsi limfosit, neutrofil, dan  makrofag. Umumnya, minyak ikan yang mengandung asam lemak n-3  menghambat  banyak respon seperti proinflamasi produksi sitokin . Asam lemak yang paling banyak ditemukan dalam minyak ikan-EPA dan DHA-dapat menghambat neutrofil dan fungsi monosit,
tapi itu mungkin tergantung pada tingkat suplementasi vitamin E yang ditambahkan. bahkan ketika fungsi limfosit yang sama atau profil sitokin dinilai setelah manipulasi
diet lemak, hasil yang berbeda telah
dilaporkan oleh peneliti yang berbeda.  

Meskipun sejumlah besar studi hewan telah menunjukkan efek nyata dari diet lemak pada kekebalan, studi ini mungkin tidak secara langsung sebanding dengan yang manusia karena tingginya tingkat dari sumber lemak tunggal yang sering digunakan. Selain itu, berbagai faktor mungkin bertanggung jawab untuk perbedaan ekstensif dilaporkan dalam studi manusia, seperti jumlah dan jenis lemak, komposisi asam lemak, status antioksidan, durasi manipulasi diet, metode pengujian yang digunakan, dan subjek yang berpartisipasi. Namun demikian, penurunan konsumsi lemak dan peningkatan  asam lemak n-3mungkin merupakan saran diet bijaksana karena tidak ada efek merugikan telah dilaporkan sehubungan dengan kekebalan dan, dalam beberapa kasus, efek menguntungkan potensial mungkin bertambah.

Life is beautiful

Until recently i never regret that i have hypersensitive body. But when i became unhealthy so often like nowadays, of course i do regret and feel sad. I am just an ordinary human.
I am always wondering why God give me such body. But immediately i always find the answer, "Oh because your mom and dad, both of them also have hypersensitive body. You are their daughter, of course you too will have the same pattern in your body system."
I'm allergic to this, I'm allergic to that. I can't even say anymore that I enjoy my life to the fullest.
I have so many strict rules to keep my body healthy and when i break that rules just once, then BAM. There will be some unwanted reaction from my body, I'll become sick.
Its really hard for me just to keep healthy and fit. So when I see someone who easily break the rules (have bad lifestyle) and they can keep healthy. It really break my hearts and think that this life is really not fair.
When I do this, it will look like that I blame God for everything. Yeah, maybe I do.
"Why me, Why?" This question always in my mind. But just asking this and waiting for some miracle to happen, it will not give any solution for me.
Even though nowadays, I can't even eat most of my favorite foods and drinks anymore. Its fine by me. I've lived for 21 years and enjoy this life to the fullest. I felt satisfied, I guess.
I'm just trying to convince myself to love and receive me myself. I'm sorry God that sometimes I blame you for my condition. Please forgive me. Just don't ever leave me alone and help me to convince myself that what happened is the best for me. And thank you God for granted my other wish. You will always fulfill my wish. Thank you God. I love you

Rabu, 02 Mei 2012

Gizi dan Imunitas

Gizi dan imunitas merupakan dua hal yang saling berhubungan. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak studi yang sudah mengkonfirmasi bahwa defisiensi zat-zat gizi dapat mengubah respon imun dan memicu timbulnya insidens infeksi yang menyebabkan meningkatnya angka kematian, terutama pada anak-anak. KEP banyak terjadi di negara berkembang dan mengakibatkan perubahan jumlah sel T, sel fagosit, dan respon antibodi imunoglobulin (Ig) A, dan mengurangi komponen komplemen.
Berikut ini beberapa konsekuensi imunologi akibat kekurangan zat gizi:
A. Defisit Energi
Dampak yang ditimbulkan jika mengalami defisit energi yaitu:
1. Penurunan proliferasi autoreaktif sel B1
2. Penurunan pro-inflammatory dan sitokin Th1
3. Peningkatan respon proliferatif sel T
B. Vitamin C
 Peran vitamin C bagi imunitas adalah berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi fagosit. Jika mengalami defisiensi vitamin ini dapat mengakibatkan penurunan aktifitas fagosit, resistensi tumor, dan memperlambat penyembuhan luka.
C. Vitamin D
 Vitamin D berfungsi untuk menstimulasi monosit, perkembangan makrofag dan fagositosis. Selain itu, vitamin D juga secara selektif menekan aktifitas Th1, bukan aktifitas T2 atau sel CD8+.

Sumber Referensi:
Handbook of nutrition and immunity / edited by M. Eric Gershwin, Penelope Nestel, Carl L. Keen.

EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE


Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal.

1.      PREVALENSI DBD
Saat ini sekitar  2.5 milliar orang, atau 40% dari populasi dunia, tinggal di daerah yang beresiko terhadap transmisi virus Dengue (WHO). WHO memperkirakan 50-100 juta infeksi terjadi per tahun, termasuk 500.000 kasus DHF dan 22.000 kematian, sebagian besar pada anak-anak.
Di Indonesia, sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah  mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 77.489 kasus terjadi di Indonesia selama 2009 dengan angaka kematian 585 jiwa. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih dinilai menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari angka kematian yang disebabkan  oleh penyakit ini.

2.      KONSEP TRIAS EPIDEMIOLOGI
a.      Factor Host
Umur à Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun. Dari seluruh kasus DBD yang tercatat, sebanyak 27 persennya berasal dari kelompok anak usia 5 tahun sampai 14 tahun.
b.      Factor Agent
DBD disebabkan oleh virus dengue yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus.
c.       Factor Lingkungan
*      Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
*      Tempat-tempat umum.
Tempat-tempat umum seperti sekolah, RS, hotel, pasar, restoran, atau tempat umum lain merupakan berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar.
*      Pemukiman baru di pinggir kota. Karena di lokasi ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah di mana kemungkinan di antaranya terdapat penderita atau carier.
*      Lingkungan yang lembap à lingkungan yang lembap akan mendukung perkembangbiakan nyamuk sehingga populasi nyamuk akan meningkat dan akan mempercepat penularan DBD.
*      Wilayah perkotaan à Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah perkotaan lebih intensif dari pada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi didaerah perkotaan. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga memudahkan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) menyebarkan virus dengue dari satu orang ke orang lain yang ada disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak lebih dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk dikota pada umumnya. jauh lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.
*      Vector
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypty (di kota) dan Aedes albipictus (di desa). Ciri-cirinya adalah:
ü  Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris putih.
ü  Berkembang biak dia air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, dan lain-lain.
ü  Jarak terbang ±100.
ü  Nyamuk betina bisa mengigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut itu kenyang sudah berpindah tempat.
ü  Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi.

3.      RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
a)      Tahap Prepatogenesis
*      Fase Suseptibilitas
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Satu gigitan nyamuk dapat menginfeksi host.
b)     Tahap Patogenesis
*      Fase subklinis :
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue.
*      Fase klinis
Saat kompleks antigen antibody akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut denagan proses autoimun. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami pendarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan,saluran pernapasan, dan organ tubuh yang vital
*      Fase Konvalesen (pemulihan), cacat atau meninggal
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu:
-          Derajat I:  Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu satunya adalah uji tourniquet positif.
-          Derajat II : Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.
-          Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah. 
-  Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.


DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Jendral PP dan PL Depkes RI. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku(Communication For Behavioral Impact), Jakarta : Depkes RI. 2008
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah3.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2010 pukul 11.00 WIB
http://www.chp.gov.hk/files/pdf/ol_dengue_fever_indonesian_version.pdf diakses pada tanggal 11 Juni 2010 pukul 14.07 WIB
Nasry N, Nur.  Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta : Rineka Cipta. 2006
Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Airlangga. 2008
Yatim, Faisal. Macam-macam Penyakit Menular & Cara Pencegahan, Jakarta:Pustaka Obor Popular. 2007